Teachers Workshop 2015: Lengkapi Guru Pahami Bakat Siswa Generasi Milenial

Pentingnya para guru mendapatkan informasi terbaru yang dapat mendukung proses membimbing siswa SMU merupakan dasar SUN Foundation mengadakan event tahunan bertajuk Teachers Workshop. Event yang diselenggarakan di kota-kota besar seperti Bali, Jakarta, Semarang, dan Bandung ini digagas oleh SUN Foundation untuk melengkapi para guru yang tengah membantu para siswa menentukan masa depan mereka dengan penentuan jurusan kuliah, universitas tujuan, dll.

Tahun ini, Teachers Workshop Jakarta diadakan dan dikemas dalam dua sesi menarik dengan pembicara yang berpengalaman di bidangnya.

Sesi pertama dibawakan oleh Irene Guntur, yang lebih akrab disapa IG, seorang psikolog yang juga mendirikan Tes Bakat Indonesia. Menurut Irene, para guru diutamakan harus mengatahui 3P dari siswa, yakni Potentials, Passion dan Personality.

Irene Guntur membagikan pengalamannya sebagai praktisi dalam menggali bakat siswa

Irene Guntur membagikan pengalamannya sebagai praktisi dalam menggali bakat siswa

Setiap siswa memiliki potensi yang berbeda-beda. “Ibarat benih tanaman, setiap siswa memiliki benih, dan sebenarnya yang paling tahu adalah si siswa itu sendiri,” jelas Irene.

Lebih lanjut IG menambahkan, tugas guru BK atau konselor adalah membantu menggali agar benih tersebut tumbuh menjadi sesuatu.

Potensi ini penting untuk diketahui sejak awal karena menurut IG, cara menanam biji jeruk dan biji stroberi itu berbeda, begitu juga dengan pengembangan potensi siswa.

Selanjutnya harus diketahui juga Passion dari siswa tersebut. Passion adalah ketika kita melakukan suatu pekerjaan kita bersedia untuk melakukan pekerjaan itu dengan sendirinya, tanpa ada paksaan, atau bahkan, jika sudah pada level tertentu, seseorang akan bersedia melakukan pekerjaan tersebut tanpa dibayar atau mendapatkan imbalan.

Yang terakhir adalah mengetahui Personality dari siswa. Misalnya ketelitian, kepercayaan diri, daya tahan terhadap stress, kemampuan beradaptasi, kemampuan empati, stabilitas emosional, dll. Hal-hal ini juga menentukan karir apa yang nantinya layak ditempuh oleh siswa.

Mengutip kalimat dari John. C. Maxwell, “Kembangkan bakat yang kamu miliki, bukan yang kamu inginkan.” Para guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan bakat yang sudah dimiliki oleh siswa tersebut, bukan bakat yang masih ingin dimiliki oleh siswa, orang tua, bahkan orang lain.

Setelah memberikan paparan yang jelas, IG mengajak para guru untuk bermain peran sebagai konselor yang memberikan bimbingan kepada rekan yang duduk di sebelahnya. Hal ini juga melatih para guru untuk langsung menerapkan ilmu yang didapat agar semakin terserap dengan baik.

para guru diminta untuk bermain peran sebagai konselor kepada rekan di sebelahnya.

para guru diminta untuk bermain peran sebagai konselor kepada rekan di sebelahnya.

Sesi pertama ditutup dengan foto bersama dan makan siang. Sudah banyak ilmu baru yang didapat oleh para guru, namun tentu belum lengkap jika belum mengikuti sesi kedua.

Walaupun biasanya menjadi sedikit mengantuk setelah makan siang, pembicara sesi kedua, Cherry Pearl P. Sampayan tetap bersemangat untuk membagikan ilmu yang dimilikinya. Dimulai dengan mengajak para guru untuk mengikuti tarian-tarian mengikuti video yang sudah disiapkan, Cherry berhasil mengangkat kembali konsentrasi dan semangat para guru untuk sesi kedua.

Cherry Pearl P. Sampayan adalah seorang fasilitator internasional yang telah memberikan pelatihan bagi banyak perusahaan dan institusi selama lebih dari 20 tahun.

Cherry Pearl P. Sampayan mengajak para guru untuk memahami generasi Milenial

Cherry Pearl P. Sampayan mengajak para guru untuk memahami generasi Milenial

Cherry mengajak para guru untuk memahami apa itu generasi Milenial, yakni generasi siswa yang tengah mereka hadapi di sekolah pada saat ini. Menurutnya, jalan pikiran generasi Milenial adalah “mereka dapat menjadi apapun yang mereka inginkan”. Oleh karena itu peran orang tua dan guru di sekolah untuk mengawasi keinginan siswa semakin dibutuhkan.

Selain itu, Cherry juga membagikan pengetahuan mengenai “DISC” atau Dominance – Influence – Steadiness – Compliance.

Orang yang Dominance cenderung menekankan pada hasil dan melihat sesuatu dengan gambaran yang lebih besar. Orang yang memiliki Influence sanggup mempengaruhi orang lain dan senang untuk berkolaborasi. Orang yang memiliki Stediness adalah orang-orang yang senang bekerjasama dan senang mendukung orang lain. Yang terakhir adalah Compliance, mereka adalah orang-orang yang mementingkan kualitas, ketelitian dan detail.

sesi kedua dikemas sangat menarik sehingga para guru tetap bersemangat dan gembira

sesi kedua dikemas sangat menarik sehingga para guru tetap bersemangat dan gembira

Sebagai seorang guru, menurut Cherry, sebaiknya kualitas DISC ini dimiliki secara lengkap. Misalnya, saat mengajar dibutuhkan Dominance, akan tetapi ketika memeriksa hasil ujian dibutuhkan Compliance.

Selain itu, yang paling penting dibutuhkan oleh seorang guru adalah Attitude atau sikap. “Percuma menjadi guru yang pintar jika terlambat mengajar di sekolah,” tutup Cherry.

Teachers Workshop 2015 telah berhasil diselenggarakan dengan dukungan dari Adam Khoo Learning Technologies Group yang menyediakan ruangan seminar yang luar biasa, Curtin University, Deakin University Australia, Monash University, dan Tes Bakat Indonesia.

Teachers Workshop 2015, Luarrrrr Biasaaaaa!!!!

Teachers Workshop 2015, Luarrrrr Biasaaaaa!!!!