Diterbitkan Tanggal : June 16, 2015
Setiap manusia pasti mempunyai seorang guru. Walau tidak menempuh pendidikan formal, seseorang pasti pernah belajar dari orang lain dan menerima pendidikan dari orang lain. Dalam sebuah seminar yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidik, Prof. Arief Rachman, Guru Besar dari Universitas Nasional Jakarta (UNJ) mengatakan bahwa, seorang pendidik harus mampu memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran.
Sedemikian besar pengaruh pendidik bagi peserta didik, maka pendidik harus memiliki karakter yang baik. Menurut Prof. Arief Rachman, karakter dibangun melalui beberapa tahapan:
Dengan hal-hal tersebut, diharapkan pendidik bisa mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dimana peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun menurut PP No. 19 tahun 2005, proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya.
Selain Prof. Arief Rachman, Ahmad Fuadi, penulis buku Negeri 5 Menara juga menyampaikan pengalaman hidupnya. “Gara-gara guru, saya bisa menjadi seperti ini,” kata Ahmad yang ternyata memiliki orang tua sebagai guru. Ia juga mengatakan, dengan mematuhi nasihat guru-guru saya saat saya bersekolah di madrasah, maka saya bisa seperti ini. Salah satu nasihat yang dijadikan pedoman hidup Ahmad Fuadi adalah “Man Jadda Wajada” yang artinya adalah siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.
Alhasil, dengan kesungguh-sungguhannya, Ahmad Fuadi berhasil memperoleh beasiswa di beberapa universitas di luar negeri, dan kini sukses dengan novel Negeri 5 Menara yang telah dituang menjadi sebuah film dan diterjemahkan dalam beberapa bahasa dunia dan memenangkan banyak penghargaan internasional bergengsi.
Ahmad Fuadi juga mengatakan, “jangan remehkan impian walau setinggi apa pun. Tuhan Maha Mendengar.”
Hadir pula tokoh yang sangat menginspirasi, Alan, seorang supir bus malam yang mendirikan madrasah di Bima. Sekolah yang dibangun dari gajinya sebagai supir bus sudah berdiri sejak tahun 2009. Kini, 100 siswa tengah menempuh pendidikan secara gratis di MIS (Madrasyah Ibtidaiyah Swasta) Darul Ulum dengan 15 tenaga pengajar sukarela.
Selain itu sekolah MIS Darul Ulum menjalankan program supaya anak-anak didiknya mampu berdiri sendiri dan mandiri. “Dengan mengajarkan sektor alam pada anak-anak, tujuannya adalah supaya anak-anak tidak keluar dari desa, dapat memanfaatkan alam, dan orangtua tidak lagi menelantarkan anak mereka,” jelas ayah dua anak ini.
Alan bukan hanya seorang supir bus biasa, ia dulunya adalah seorang preman di daerah Tanah Abang. Hingga kini ia masih memiliki postur tubuh tinggi dan besar, yang memang sedikit menyeramkan. Kata Alan, “saya tidak mau ada anak-anak yang mengalami nasib seperti saya, atau melakukan pekerjaan saya di masa lalu, oleh karena itu mereka semua harus mendapatkan pendidikan yang layak.”
Satu lagi tokoh yang hadir menjadi pembicara adalah Fasli Jalal. Mantan Wakil Menteri Pendidikan di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini mengatakan bahwa diperlukan Revolusi Mental dalam pendidikan. Revolusi Mental mengandung elemen-elemen pokok yang sangat diperlukan untuk menggerakan masyarakat dan bangsa meraih kemajuan dan kemodernan.
Revolusi Mental ditandai dengan adanya etika kerja, motivasi berprestasi, adaptif, berpandangan optimistis, kerja sama & gotong royong, kepedulian, saling menghargai, dll.
Para tokoh yang hadir di seminar tersebut memberikan semangat kembali bagi para peserta seminar.. Bersama-sama dengan seluruh aspek masyarakat baik Pemerintah, Akademisi, dan Swasta, pendidikan di Indonesia didorong untuk maju ke arah yang lebih baik untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di kancah internasional.